Budaya Melayu Di Pulau Bintan Batam Kepri


Budaya Melayu

Pulau bintan yang menjadi salah satu destinasi wisata unggulan di Indonesia di kepulauan riau. Banyak wisatawan datang dan bertamasya dengan menggunakan Paket tour bintan untuk mengunjungi seluruh destinasi menarik dan terbaik di pulau Bintan. Harga yang ditawarkan oleh travel agen lokal sangat murah dan berfariatif dibanding dengan travel agen diluar Bintan.


 Di tingkat nasional, Melayu adalah kelompok etnis 8 atau 9 terbesar di Indonesia, yang merupakan 2,5% dari penduduk Indonesia.
Mayoritas penduduk (sekitar 78%) di Kepulauan Riau, termasuk imigran Jawa dan Minangkabau yang lebih baru, adalah Muslim. Secara khusus, Islam Sunni adalah sekte yang dominan di Kepulauan Riau, dan di seluruh Indonesia, dengan penduduk dan raja-raja yang secara historis telah dikonversi pada abad ke-14 oleh pedagang Arab dan Tamil.

Masjid Pusat Batam dibangun pada tahun 2001 dan dapat menampung hingga 3.500 orang
Masjid Pusat Batam dibangun pada tahun 2001 dan dapat menampung hingga 3.500 orang.
Idul Fitri (juga dikenal sebagai Lebaran , Idul Fitri , atau di Singapura dan Malaysia, sebagai Hari Raya Puasa ) adalah hari raya paling signifikan di Kepulauan Riau dan menandai akhir bulan Ramadhan (juga dieja Ramadhan ).

Idul Fitri dirayakan dengan doa massal, yang ini di Belakang Padang, Batam.
Idul Fitri dirayakan dengan doa massal, yang ini di Belakang Padang, Batam.
Kompetisi mengambang Idul Fitri di Batam, sepotong kaligrafi berbentuk seperti kapal layar.
Salah satu entri dari kompetisi mengapung Idul Fitri di Batam adalah sepotong kaligrafi yang berbentuk seperti kapal layar. Secara simbolis menggabungkan tradisi maritim dengan identitas Islamnya.

Saat ini, banyak budaya Melayu dibentuk dari, dibatasi oleh dan digunakan untuk memperkuat adat istiadat dan nilai-nilai Muslim, yang menekankan kesopanan dan kesalehan. Namun, beberapa ritual di dalam pertunjukan budaya Melayu mengisyaratkan ke arah sinkretisme praktik pra-Islam kuno - dibuktikan dalam pertunjukan puteri utama dan upacara penyembuhan perdukunan.

Salah satu buku paling otoritatif tentang sejarah Melayu, Sejarah Melayu , misalnya, memetakan silsilah raja Melayu Hindu pertama dari Palembang, hingga keturunannya yang akhirnya berpindah ke Islam di Malaka. Lokalitas lain yang penting bagi budaya Melayu meliputi pulau Penyengat dan Pulau Lingga.

Sebuah buku sejarah Melayu yang otoritatif, Tuhfat al-Nafis, yang ditulis di Pulau Penyengat pada tahun 1885.
Buku sejarah Melayu lainnya yang otoritatif, Tuhfat al-Nafis, ditulis di Pulau Penyengat pada tahun 1885.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Exploring Tjong A Fie's House, Understanding a Piece of Medan History

Dilakukan saat Liburan di Tenerife

Efek Samping Dari Merokok